Efek Mutagenik Isoniazid Menggunakan Uji Unscheduled DNA Synthesis pada Kultur Hepatosit Tikus

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji potensi mutagenik isoniazid, obat antituberkulosis lini pertama, menggunakan uji unscheduled DNA synthesis (UDS) pada kultur hepatosit tikus. Hepatosit primer diisolasi dari tikus Wistar jantan dengan metode perfusi kolagenase. Sel-sel tersebut kemudian diinkubasi dengan berbagai konsentrasi isoniazid (10, 50, 100 µM) selama 24 jam. Sebagai kontrol positif digunakan N-metil-N-nitrosourea (MNU), sementara media tanpa perlakuan digunakan sebagai kontrol negatif. Aktivitas UDS dinilai dengan mengukur inkorporasi [³H]-timidin pada DNA seluler menggunakan teknik autoradiografi.

Hasil Penelitian Farmasi
Hasil uji menunjukkan bahwa isoniazid pada konsentrasi tinggi (100 µM) dapat meningkatkan aktivitas UDS secara signifikan dibandingkan kontrol negatif, meskipun efeknya lebih rendah dibandingkan kontrol positif MNU. Aktivitas UDS yang tinggi mengindikasikan kerusakan DNA yang terjadi akibat paparan isoniazid. Pada konsentrasi rendah (10 µM), efek mutagenik isoniazid tidak terdeteksi secara signifikan, menunjukkan bahwa potensi kerusakan DNA bersifat dosis-tergantung.

Diskusi
Hasil ini menunjukkan bahwa isoniazid memiliki potensi mutagenik yang bergantung pada dosis, terutama pada konsentrasi yang lebih tinggi. Mekanisme potensial kerusakan DNA dapat melibatkan metabolit reaktif isoniazid, seperti hidrazin, yang terbentuk selama proses metabolisme di hati. Meski mutagenisitasnya terdeteksi, penting untuk mencatat bahwa efek ini diamati pada model in vitro, sehingga relevansinya terhadap manusia memerlukan penelitian lebih lanjut. Data ini juga menekankan perlunya kehati-hatian dalam penggunaan isoniazid, khususnya pada pasien dengan gangguan fungsi hati.

Implikasi Farmasi
Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam bidang farmasi, khususnya dalam pengembangan obat dan evaluasi keamanan obat antituberkulosis. Apoteker dapat memainkan peran dalam memantau pasien yang menggunakan isoniazid, terutama yang menjalani terapi jangka panjang, untuk mengidentifikasi potensi efek samping. Penemuan ini juga dapat mendorong pengembangan terapi kombinasi yang dapat menurunkan risiko mutagenik tanpa mengurangi efektivitas pengobatan.

Interaksi Obat
Isoniazid diketahui memiliki interaksi yang luas dengan obat lain, termasuk paracetamol, rifampisin, dan antikonvulsan seperti fenitoin. Efek mutagenik yang teridentifikasi pada penelitian ini dapat diperburuk oleh interaksi obat yang meningkatkan stres oksidatif atau mempengaruhi enzim metabolisme hati. Misalnya, rifampisin dapat meningkatkan produksi metabolit reaktif isoniazid melalui induksi enzim CYP450, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kerusakan DNA.

Pengaruh Kesehatan
Efek mutagenik isoniazid dapat memengaruhi kesehatan pasien dalam jangka panjang, terutama jika paparan obat terjadi secara kronis. Potensi kerusakan DNA dapat meningkatkan risiko pengembangan penyakit degeneratif, termasuk kanker hati, meskipun bukti klinis masih diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini. Oleh karena itu, evaluasi fungsi hati secara berkala menjadi langkah penting dalam terapi isoniazid untuk meminimalkan risiko efek samping yang serius.

Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa isoniazid memiliki potensi efek mutagenik pada dosis tinggi, yang terdeteksi melalui uji UDS pada kultur hepatosit tikus. Hasil ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap penggunaan isoniazid, terutama pada pasien dengan risiko tinggi. Meskipun efek ini belum sepenuhnya terkonfirmasi pada manusia, temuan ini memberikan dasar untuk penelitian lanjutan dan mendukung upaya mitigasi risiko melalui edukasi dan pemantauan terapi. Kombinasi terapi yang lebih aman dan strategi detoksifikasi metabolit reaktif dapat menjadi fokus pengembangan farmasi di masa depan

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post